Namaku Rani, usiaku sekarang 19 tahun, aku bersekolah di
sebuah SMA yang termasuk besar di Jakarta. Kali ini akan kuceritakan tentang
cerita panasku pengalaman ketika aku baru masuk SMA dan belum tahu apapun
tentang yang namanya seks.
Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah yang cantik,
dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 170 cm, dengan tubuh yang
langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan pengalaman dewasa yang pertama
justru dari teman baik ayahku sendiri.
Peristiwa yang tak layak dilakukan ini yang disebut juga
cerita panas ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk SMA, ketika aku masih
tinggal di Yogya. Teman ayah itu bernama Om Andi dan aku sendiri memanggilnya
Om. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Andi, ia sudah dianggap
seperti saudara sendiri di rumahku.
Om Andi wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih
muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh. Usia Om Andi ketika
itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Andi memiliki tubuh yang tinggi tegap
dengan dada yang bidang.
Kejadian ini bermula ketika liburan semester. Waktu itu
kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara.
Karena kami dan Om Andi cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk
menginapa saja di rumah Om Andi yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu.
Om Andi sudah menikah, tetapi belum punya anak. IstRanya
adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Andi tidak mempunyai
pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati
dengan ngobrol-ngobrol sambil bermain Judi BandarQ bercanda-ria, setelah istri Om Andi pergi ke
kantor.
Om Andi sendiri karena katanya tidak ada order untuk mencari
mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau ada langganannya
yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, seRang juga kami bermain
bermacam permainan seperti halma atau monopoli, karena memang Om Andi orangnya
sangat pintar bergaul dengan siapa saja.
Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Andi
berkata kepadaku, “Ran… kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Rani, Om
periksa beneran, mumpung gratis”. Memang kata ayah dahulu Om Andi pernah kuliah
di fakultas kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan
kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo…”, sambutku dengan polos tanpa curiga.
Kemudian Om Andi mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil
sesuatu dari lemaRanya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang
dipakainya ketika kuliah dulu.
“Nah Ran, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya
yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak
berbaRang.
Namun Om Andi bilang, “Lho… BH-nya sekalian dibuka dong..
biar Om gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka
BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah… kamu memang benar-benar cantik Ran…”, kata Om Andi.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku
hanya tertunduk malu.
Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok
mini saja, Om Andi mulai memeriksaku. Mula-mula ditempelkannya stetoskop itu di
dadaku, rasanya dingin, lalu Om Andi menyuruhku bernafas sampai beberapa kali,
setelah itu Om Andi mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku,
tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.
“Waah… kulit kamu halus ya, Ran… kamu pasti rajin
merawatnya”, katanya.
Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan
lembut Om Andi. Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu
tangan Om Andi merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku
diusap-usapnya, sentuhan Om Andi benar-benar terasa lembut.
Dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak
terangsang oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku meRanding dibuatnya.
Lalu Om Andi menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih
mengkal itu, mengusap mengitaRanya, lalu mengusap buah dadaku.
Ih… baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya
halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Andi
menghentikan usapannya. Dan aku kira… yah hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi
kemudian Tom Andi bergerak ke arah kakiku.
“Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah…”, katanya.
Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku
agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih
mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Andi menarik dan meloloskan celana
dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih… Om kok celana dalam Rani dibuka…?”, kataku dengan
gugup.
“Lho… kan mau diperiksa.. pokoknya Rani tenang aja…”,
katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum
Om Andi penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa
berbuat apa-apa.
Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Andi, dia duduk
bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih
mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua
kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om
Andi mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu
diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu ke paha
bagian dalam. Hiii… aku jadi meRanding rasanya.
“Ooomm…”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat…”,
katanya sambil tersenyum.
Om Andi lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi
makin tidak karuan rasanya. Kemudian dengan jari telunjuknya yang besar, Om Andi
menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“Aahh… Oooomm…”, jeritku lirih.
“Sssstt… hmm… nikmat.. kan…?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Andi mulai meneruskan
lagi menggesekkan jaRanya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak
karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana kemari.
“Ssstthh… aahh… Ooomm… aahh…”, eranganku terdengar lirih,
dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku
rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang
sekali.
Setelah Om Andi merasa puas dengan permainan jaRanya, dia
menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati
wajahku. Aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara
sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang
sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati
bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah.
Namun Om Andi bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis
bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii… rasanya jadi makin geli… apalagi
ketika lidah Om Andi memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara
naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Andi saling bermain,
membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Andi mengangkat wajahnya dan memundurkan
badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh
sudah pasrah. Dan eh… gila… tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Andi
tengkurap diantara kedua kakiku yang otomatis terkangkang. Kepalanya berada
tepat di atas kemaluanku dan Om Andi dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke
selangkanganku.
Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya,
sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Andi. Aku sangat
terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku
dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Om Andi mulai menjilati bibir
vaginaku.
“Aaa… Ooomm…!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Andi terasa
lembut, namun jilatannya itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh
tubuhku. Namun Om Andi yang telah berpengalaman itu, justru menjilati
habis-habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan
menari-nari di dalam vaginaku.
Lidah Om Andi mengait-ngait kesana kemari menjilat-jilat
seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku
menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba
mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Andi
terus melakukan aksinya dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak
karuan.
“Aahh… Ooomm… jaangan… jaanggann… teeerruskaan… ituu… aa…
aaku… nndaak… maauu.. geellii… stooopp… tahaann… aahh!”.
Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat
kesana kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi
rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh
badanku.
Om Andi dengan kuat memeluk kedua pahaku diantara pipinya,
sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun Om Andi tetap mendapatkan
yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Andi benar-benar membuatku bagaikan
orang lupa daratan. Vaginaku sudah benar-benar banjir dibuatnya.
Hal ini membuat Om Andi menjadi semakin liar, ia bukan cuma
menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan lendir
vaginaku bahkan disedot Om Andi habis-habisan. Sedotan Om Andi di vaginaku
sangat kuat, membuatku jadi semakin kelonjotan.
Kemudian Om Andi sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jaRanya
ia membuka bibir vaginaku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak
tahu apa maksud Om Andi, rupanya Om Andi mengincar clitorisku. Dia menjulurkan
lidahnya lalu dijilatnya clitorisku.
“Aahh…”, tentu saja aku menjerit keras sekali. Aku merasa
seperti kesetrum karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu
kagetnya aku merasakannya, aku sampai mengangkat pantatku. Om Andi malah
menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus
menjilati clitorisku sambil dihisap-hisapnya.
“Aa… Ooomm… aauuhh… aahh… !”, jeritku semakin menggila.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang
ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat
menahannya, namun Om Andi yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot
clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm… aa… !”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi,
seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Andi dengan
kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan
keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Andi tidak
menyia-nyiakannya. Disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan vaginaku.
Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku
tergolek lemas.
Om Andi kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya.
Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak
bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om
Andi.
Mula-mula Om Andi membuka kemejanya yang dilemparkan ke
sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga
sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang
tinggi besar itu tidak berpakaian.
Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat
ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh
CD-nya, mencuat ke depan. Kedua tangan Om Andi mulai menarik CD-nya ke bawah
secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya
dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Andi
berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi
pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas Om Andi.
Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar
bulat berbentuk topi baja tentara.
Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke
arahku, panjangnya kurang lebih 18 cm dengan lingkaran sebesar 4 cm bagian
batangnya dilingkaRan urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya
membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian
tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu
yang disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri,
sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Andi terhadapku dengan
kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Andi hanya tersenyum-senyum
saja dan tangan kiRanya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya
mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om
Andi kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas
tempat tidur.
Kemudian Om Andi menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke
lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku
dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa
berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti
apa yang sedang dilakukan oleh Om Andi.
Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua
pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua
pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang
itu. Tangan kiRanya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang
kemaluannya.
Kemudian Om Andi menempatkan kepala kemaluannya pada bibir
kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya
yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil
ditekannya perlahan-lahan.
Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan tubuhku,
badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung. Aku agak
menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Andi itu dan rupanya reaksiku itu
makin membuat Om Andi makin terangsang. Dengan mesra Om Andi memelukku, lalu
mengecup bibirku.
“Gimana Ran… nikmat kan…?”, bisik Om Andi mesra di
telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu,
aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya
diperlakukan begini oleh Om Andi dan tidak pernah kusangka, karena melakukan
hubungan seks dengan om dimana sehari-hari Om Andi sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya tangan Om Andi yang satu merangkul pundakku dan
yang satu di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir
kemaluanku. Hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan
yang besar menyentuh bibir kemaluanku.
Aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Andi
dalam melakukan hubungan seks, di samping pula ada perasaan bingung yang
melanda pikiranku. Kemaluan Om Andi yang besar itu sudah amat keras dan kakiku
makin direnggangkan oleh Om Andi sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit
ke atas.
Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat
apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang kemaluanku dan
dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba mendorong badan Om Andi untuk menahan
masuknya kemaluannya itu, tapi Om Andi bilang tidak akan dimasukkan semua cuma
ditempelkan saja. Saya membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan kemaluannya itu
ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke
bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali
dorong kepala penis Om Andi ini masuk ke dalam lubang vaginaku.
Gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Andi
akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya.
Sodokan penis Om Andi ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan sedikit
sakit.
Seluruh kepala penis Om Andi sudah berada di dalam lubang
kemaluanku dan selanjutnya Om Andi mulai menggerakkan kepala penisnya masuk dan
keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi. Perasaan nikmat mulai
menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat kemaluanku
serasa penuh dan besar.
Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh… ssshh… aahh…
ooohh… Ooomm… Ooomm… eennaak… eennaak… !”
Aku mulai terlena saking nikmatnya melakukan hubungan seks
dan pada saat itu, tiba-tiba Om Andi mendorong penisnya dengan cepat dan kuat,
sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku
dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis
Om Andi yang terasa membelah kemaluanku.
“Aadduuhh… saakkiiitt… Ooomm… sttooopp… sttooopp… jaangaan…
diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Andi,
tapi sia-sia saja.
Om Andi mencium bibirku dan tangannya yang lain
mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya
yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa
menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk
menghindari tekanan penis Om Andi ke dalam liang vaginaku.
Tapi karena tangan Om Andi menahan pundakku maka aku tidak
dapat menghindari masuknya penis Om Andi lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa
sakit masih terasa olehku dan Om Andi membiarkan penisnya diam saja tanpa
bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang
besar itu.
“Om… kenapa dimasukkan semua… kan… janjinya hanya
digosok-gosok saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Andi tidak bilang apa-apa
hanya senyum-senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Andi itu terasa besar dan
mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa
sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Andi tersebut. Waktu saya mulai
tenang, Om Andi kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga
penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar,
sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, “Ssshh… ssshh… ooohh… ooohh…”
Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku.
Bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya
serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh
pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak.
Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang
ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas
tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam
alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah
tekanan tubuh Om Andi ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat.
Aku merasakan kenikmatan melakukan hubungan seks yang
berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama
beberapa detik. Terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa
terhempas lemas tak berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua
tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.
Melihat keadaanku, Om Andi makin terangsang dan semangat
melakukan hubungan seks. Dengan ganasnya dia mendorong pantatnya menekan
pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam
kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap tekanan yang
dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang
penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak
terperikan.
Hampir sejam lamanya Om Andi melakukan hubungan seks
denganku sesuka hatinya. Dan selama melakukan hubungan seks itu pula aku
beberapa kali mengalami orgasme. Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku
merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Andi, sampai
akhirnya pada suatu saat Om Andi berbisik dengan sedikit tertahan.
“Ooohh… Riiinn… Riiinnn… aakkuu… maau… keluar!.. Ooohh…
aahh… hhmm… ooouuhh!”.
Tiba-tiba Om Andi bangkit dan mengeluarkan penisnya dari
vaginaku. Sedetik kemudian… cret… crett… crett… spermanya berloncatan dan
tumpah tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok
batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.
“Aahh…”, Om Andi mendesis panjang dan kemudian menarik napas
lega.
Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu
kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu
mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk
kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih sayang…”, bisik Om Andi dengan mesra. Dan
akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Andi.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa
gamang. Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu
itu, saat aku bangun dari tidurku Om Andi telah berupaya menenangkanku dengan
lembut.
Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok
rasanya aku jadi kepengin melakukan hubungan seks lagi. Memang kalau
diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih melakukan hubungan seks. Jadi sepulang
sekolah aku mampir ke rumah Om Andi, tentu saja aku malu mengatakannya kalau
sebenarnya aku ingin melakukan hubungan seks.
Aku hanya pura-pura ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya
Om Andi menawarkan lagi untuk melakukan hubungan seks seperti dulu, barulah aku
menjawabnya mau hubungan seks dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah
pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks. Jangan Lupa untuk kunjungi Situs BandarQ Online Terpercaya di judibandarq.info jika kalian suka bermain judi online. END