Aku sudah menikah selama 1 tahun ini belum mempunyai
momongan, Istriku bernama Kirana usianya 27 Tahun
dengan tubuh seksinya tingginya 169 cm payudArganya juga
agak besar membuat aku selalu sayang setiap harinya.. apalagi kalau istriku
sedang senyum terlihat lesung pipinya membuatku mabuk kepayang.
Sedangkan aku bernama Arga, umurku lebih tua dari dia yaitu
5 tahun aku punya hobi bermain golf jadi badanku agak hitam disamping itu aku juga punya hobi renang,
istriku yang bekerja di perusahaan nasional di Jakarta dengan karir yang baik sedang kan aku
berwiraswasta sebgai kontraktor bangunan.
SecArga ekonomi dapat dikatakan kami berkecukupan, apalagi
kami tidak ada tanggungan, baik saudArga
maupun orangtua. Mungkin itulah yang menyebabkan kami hobi
“dugem” setiap malam minggu sekedar untuk
melepas lelah pikiran dan kejenuhan hidup di Jakarta.
Namun di malam minggu itu ada sesuatu yang lain yang
mengubah hidup kami. Di malam itu, sengaja atau
tidak, untuk pertama kalinya istriku berselingkuh di depan
mataku. Dan aku membiarkannya. Begini awal ceritanya.
“Ra, ayo dong.. Kok dandannya lama amat?!” Kirana, istriku,
berteriak dari lantai bawah rumah kami.
Aku yang memang sedang mematut diri di depan kaca tersenyum
mendengarnya, lalu membalas.
“Iya, sabar sayang, sebentar lagi!”
5 menit kemudian aku turun dan mendapatinya sedang cemberut
di sofa ruang tengah kami. Kirana tampak sangat imut dengan terusan tipis
berdada agak terlalu terbuka berwarna merah marun, sedikit di atas lutut dan
tanpa lengan.
Sepatu hak 7 cm dengan warna senada menambah keserasian dan
keseksiannya. Dengan polesan make-up
sederhana, ia tampak manis. Sepertinya ia tidak mengenakan
bra.
“Let’s go, babe.. Senyum dong. Kan mau seneng-seneng?”
demikian aku membujuknya sambil kugamit
lengannya yang mulus dan halus.
“Hh.. BT nih nungguin kamu! Cium dulu, kalo nggak aku
ngambek..!” Kirana memonyongkan bibirnya lucu.
Aku tersenyum, dan kucium pipinya lembut.
“Cup! Tuh, udah dicium. Jangan ngambek lagi dong. Yuk, kita
berangkat”. Sedikit kutarik lagi
lengannya.
“Hei.. Di bibir. Masa di pipi? Dasar deh, nggak romantis!” Kirana
makin cemberut dan membuang muka,
pura-pura ngambek.
Maka kupegang dagunya, dan kutolehkan wajahnya ke wajahku,
lalu kukecup bibirnya yang tipis itu. Tak
dinyana, Kirana melakukan “french kiss” yang membuat penisku
agak mengeras.
“Hihihi.. Kok jadi sesak gitu, celananya? Payah deh, gitu
aja napsu”. Kirana cekikikan sambil tangannya
mengelus ringan depan celanaku. Penisku jadi makin keras.
Tapi cepat kutampik hal itu karena memang
kita sudah harus berangkat.
Jam sudah menunjukkan pk. 11:30 malam.
“Namanya juga lelaki.. Hehe. Yuk, ah. Udah malem nih, nggak
enak nanti ditungguin teman-teman”. Aku
menggamitnya sekali lagi dan kali ini Kirana menurut.
Berangkat juga kami akhirnya.
Setibanya kami di sebuah Nite Club berlantai dua di bilangan
Kuningan, waktu telah menunjukkan lewat
tengah malam. Langsung saja kami menuju lantai 2 yang
menawarkan musik bernuansa pop-jazz yang ringan
dan mudah dinikmati.
Dari salah satu pojokan, seorang sahabat Kirana, Poppy,
melambaikan tangannya memanggil kami dan
bereriak agak keras, berusaha mengatasi suArga hingar-bingar
band yang sedang beraksi.
“Yuhuu!! Sini, sini!! Ya amplop.. Malem banget sih kalian??
Kita-kita udah pada mau pulang nih!” Poppy
meledek kami sambil pura-pura menenteng tasnya dan berjalan
pergi.
“Kalau jam segini udah mau pulang, kenapa loe nggak nonton
bioskop aja, Neng? Ati-ati ya di jalan..”
demikian sergah Kirana. Aku cengar-cengir saja memperhatikan
mereka.
Kulihat “gank” kami yang biasa sudah kumpul semua. Pertama
ada Poppy dan pacarnya (seorang keturunan
Chinese yang cukup ganteng bernama Benny).
Mereka masih menunggu restu orang tua untuk menikah karena,
maklum, berbeda suku/keturunan. Poppy adalah seorang gadis Sunda yang entah
mengapa mirip keturunan indo.
Lalu yang sedang menyalakan cerutu kesukaannya adalah
sahabat kentalku Reno dan istrinya yang seorang model, Carol, yang malam itu..
Hmm.. Luar biasa dengan rok mini dari bahan kulit warna coklat tua,
yang memperlihatkan hampir seluruh paha mulusnya, dipadukan
dengan blouse ketat berlengan 3/4 warna
putih dan cukup tipis. Ditambah dengan sepatu hak tingginya
membuatku menelan ludah.
“Hi, guys. Sorry kemaleman. Abis gue dandannya lama sih.
Takut Carol nggak naksir lagi, nanti. Anyway,
Ren, bisa teler gue nyium bau cerutu loe, jeg!”
Aku ngomong sekenanya sambil tertawa. Carol senyam-senyum
(GR kali) dan Reno pura-pura pingsan sambil
memeletkan lidahnya, sambil jari tengahnya diacungkan ke Argahku
“Emang nih, genit deh
Si Arga.” Kirana berkata seakan setuju dengan ekspresi Reno sambil mencibir ke
Argahku dan tangan kirinya menjewer telinga kananku
keras-keras. Aaww!
Kulihat lagi duduk-duduk santai di sebelah Poppy, sambil
merokok, jelalatan dengan jakun yang turun-
naik karena memolototi makhluk-makhluk feminin yang
berpenampilan “minimalis” alias 2/3 telanjang, dua
bujang lapuk kawan-kawanku sejak SMA, Gary dan Eddy. Mereka
tidak pernah membawa pasangan kalau lagi
di Club.
“Ngapain kita bawa makanan kalau mau ke buffet?” demikian
celetuk Eddy suatu waktu yang lalu saat
kutanyakan alasannya. Benar juga, pikirku waktu itu. Hehehe.
“Jangan sampai gitu dong, prens.. Nanti bajunya pada lepas
semua!” sambil terbahak Benny mendorong
Gary agak keras sampai-sampai Eddy yang duduk disebelahnya
ikut terdorong. Mata Benny yang agak sipit
sampai tinggal segaris.. Eh, dua garis deh.
“Sial, loe, Ben. Minuman gue ampir tumpah! Gue guyur loe,
ye!” Eddy mencak-mencak sambil berlagak mau
menyiram Benny dengan segelas XO nya yang baru sedikit
dicicipi.
“Sini, guyur ke dalam mulut gue. Hehehe.” Benny
mangap-mangap persis ikan koki. Kocak sekali wajahnya.
Kirana dan Poppy sampai tertawa keras sekali. Gary balas
mendorong Benny sambil menjitaknya pelan.
Begitulah, kami berdelapan memang sangat akrab satu dengan
yang lainnya, jadi memang seru kalau sudah
ngumpul semua begini. Rata-rata sudah sekitar 5-10 tahun
kami berteman.
Ada yang dari SMA seperti aku, Gary dan Eddy, ada yang dari
kuliah dan ada yang dari teman sekantor,
Seperti Shopie dan Kirana, dan Reno Edi. Dari pertemanan seperti itulah kami
bertemu, merasa sangat
cocok satu dengan yang lainnya, dan lalu bersahabat seperti
sekArgang.
“Gini, gini..” Gary tiba-tiba angkat bicArga dengan logat
betawinya yang khas.
“Gue ade usul, dijamin seru. Tapi kagak ada yang boleh mArgah
atawa tersinggung. Gimane, broer and
sus?” Teman kita yang satu ini memang segudang idenya. Ada
yang wArgas tapi lebih banyak yang aneh bin
ajaib alias norak.
“Usul ape loe, Bang? Jangan kayak nyang kemaren ye.. Bikin
gue malu abis. Sompret loe!” Eddy nggak mau
kalah betawi.
Beberapa minggu yang lalu memang Gary mengajak main “truth
or dare” yang mengakibatkan Eddy lari
keliling lapangan parkir salah satu restoran di bilangan
Kemang dengan hanya bercelana dalam.
Kakinya yang kurus dan tanpa bulu itu benar-benar pas buat
diteriaki oleh pArga pengunjung yang lain,
“Wow, seksi bener nih.. Tapi kok jenggotan ya??” Hobi
temanku yang satu ini memang memelihArga jenggot
sejak SMA, dan cukup lebat pula.
“Diem dulu loe. Lagian ini buat pArga cewek-cewek. Loe kan
kakinya doang yang wanita, sisanya waria..”
sambArgan maut Gary yang demikian membuat Eddy mati kutu.
“Jadi..” lanjut Gary, “Setuju nggak?”
Kami saling berpandangan. Aku sendiri agak was-was kalau
Gary yang memberi usul, karena biasanya
diperlukan keberanian extra untuk “bermain” dengannya.
“Apa dulu idenya?” Kirana dan Poppy bicArga hampir
bersamaan. Sedangkan Carol malah cuek, asik
mengepulkan asap berbentuk bulatan-bulatan dari mulutnya.
Mulai suka bercerutu ria juga, dia ternyata.
Reno juga agak cuek sambil memeluk pinggang istrinya
tersebut dengan mesra sambil menciumi tengkuk
Carol yang jenjang. Sialan, pikirku. Si Reno hoki bener bisa
dapet bini kayak bidadari begitu.
Aku tahu Kirana juga cantik, tapi yah, rumput tetangga
memang selalu terlihat lebih hijau!
“Loe pade lihat itu segerombolan cowok-cowok yang di meja
seberang?” Gary menyorongkan dagunya ke Argah
yang dimaksud.
“Yang dari tadi gue perhatiin pada jelalatan ngeliatin
penyanyi cewek yang pantatnya bohai itu.. Lihat
kan?” lanjutnya antusias.
“Oh itu. Mau ngapain, Gar? Loe mau suruh bini gue ke sono,
terus nabokin satu-satu? Hehehe..” Si Benny
nyerocos nggak jelas. Apa dia mulai mabok? Padahal cuma
minum ice lemon tea doang.
“Loe juga.. Diem dulu dong, broer.” Gary mulai agak kesal.
“Gue lihat mereka udah pada horny semua gArga-gArga
ngeliatin pantat cewek penyanyi itu. Tuh, lihat
sampe mau megang segala. Ck ck ck..”
Memang kulihat mereka duduk sangat dekat dengan panggung,
jadi mungkin saja.
“Let’s play a game. I call it, ‘Seduce or be seduced’ game.”
Wah, mulai coro Inggris, Si Gary. Gawat
nih, pikirku.
“You go there, pick one or two or more guys, whatever, and
then dance with him. Try to seduce him
while dancing. If we see and decide that you’re the one who
got seduced, then you loose and you must
buy all of us here a round of drinks.” Waduh bagus juga
Inggrisnya bocah ini ternyata, lho.
“yang ber-alkohol, ye!” Yah, jadi betawi lagi dia. Sambil
ngomong gitu, dia melirik ke Argah Benny
yang masih asik dengan ice lemon tea nya sambil nyengir
jahat.
“Reseh loe, kunyuk!” Merasa disindir, Benny nyolot.
“Gue lagi mau menjauhi minuman keras nih. Supaya “itu” gue
bisa lebih keras. Huahahaha!”
Kami semua sampai kaget denger kerasnya tawa Benny.
Orang satu ini memang dulunya jagoan minum, tapi belakangan,
entah mengapa kegemArgannya itu hilang
tiba-tiba. Mungkin mau mengambil hati orang tua Poppy.
“Udah keras banget kok, Yang..” Poppy menggelendot manja di
bahu Benny sambil memberikan ekspresi
horny.
“Berasaa banget..” katanya lagi. Ya ampun..
“Eh, Gar.. Loe mau jadiin bini gue perek, apa?” kataku
sedikit ketus. Sebenarnya aku deg-degan juga
kalau-kalau Kirana tertarik sama ide gila ini.
“Kalau bini gue digrepe-grepe orang, gue keberatan nih.”
kataku lagi. Sebenarnya aku sengaja supaya
Kirana makin tertantang. Kukedipkan mataku ke Argah Gary,
dan langsung dia paham. Dihisapnya rokoknya
dalam-dalam tanda mengerti akan maksudku.
“Tenang, Ra. This is just a game. Belum tentu juga ada yang
mau sama bini loe.” tandas Gary.
That’s done it. Mata Kirana langsung melotot ke Argah Gary
dan berdiri.
“Eh, denger ya, Bang betawi.. Lelaki yang nggak suka sama
gue pastilah hombreng atau buta atau yang
masih bayi.
Ya nggak, Pop? Rol, Carol.. Jangan nyerutu doang dong
dikau.” Kirana menyerang membabi-buta. Tercium
bau alcohol dari mulut istriku.. Hmm pasti seru nih. Kirana
akan sangat nekat kalau sudah fly.
“Iya nih, Si Abang. Tega nian kau berkata demikian kepada
kawanku yang bohay ini..” Poppy mulai teler
juga kayaknya.
“Carol.. Say something, sexy..” sambil ngomong gitu Poppy
mengelus-elus paha kiri Carol yang
terpampang mulus diseberangnya. DArgahku berdesir melihatnya
“Wah, mulai ada ‘live
show’ nih. Asiikk..” Eddy tiba-tiba nimbrung sambil melihat ke Argah Poppy dan
Carol. Padahal sepertinya dia tadi lagi asik ngobrol sama
seorang cewek ABG yang duduk di meja sebelah
kami.
“Iihh, Poppy.. Ntar gue basah nih loe elus-elus gitu..” kata
Carol sambil menjilat bibir sexynya
dengan gaya horny yang dibuat-buat. Gila, pikirku. Bisa
ngaceng berat nih gue.
“Gue rasa semua cowok di sini bakalan horny sama Kirana,
tapi apakah Kirananya berani?? Hmm?? Berani
nggak, sayang?” Yah, Poppy malah nambah manas-manasin Kirana.
Kirana memandang sebentar ke Argah Poppy yang langsung asik
lagi dengan cerutu dan ciuman-ciuman kecil
suaminya di tengkuk dan lehernya. Tanpa berkata apapun,
berjalanlah dia menghampiri meja seberang yang
penuh cowok-cowok horny. Ada 6 orang jumlahnya.
This is one bad combination.. Satu cewek cantik nan seksi
setengah mabuk yang merasa ditantang, dan
sejumlah cowok-cowok keren yang sudah sangat horny. Very
bad.
Setiba di meja seberang, Kirana langsung pasang aksi. Aku
dan teman-temanku memperhatikannya dengan
sedikit tegang. Mula-mula kulihat dia berbicArga dengan
salah seorang dari mereka sambil bergaya agak
genit namun tetap anggun.
Tak berapa lama kemudian, turunlah mereka ke lantai dansa
sambil bergandengan tangan. Lelaki itu
berpostur sedikit lebih pendek dariku, tapi sangat atletis.
I think he’s a gym rat. Kekar sekali,
mungkin ada keturunan Argabnya.
“Damn, beneran Si Kirana. Are you OK, buddy?” Reno bertanya
setengah berbisik kepadaku.
“Fine. Gue mau lihat ini Argahnya kemana. Tenang aja dulu,
man.” Ujarku ke Reno.
“Wah, mulai ngegrepe tuh orang.” Tangan lelaki itu
kuperhatikan mulai mengelus lengan atas istriku
yang terbuka. Terus dielus-elusnya, lalu mulai turun ke
pinggang dan berhenti di sana.
Saat dipegang pinggangnya, Kirana berjoget dengan seksi
sambil mengangkat kedua lengannya sambil
meliuk-liukan pinggulnya mengikuti irama musik pop-jazz.
Liukan pinggulnya yang seksi, ditambah dengan
ekspresi wajahnya, sungguh dapat membuat lelaki manapun
terangsang. Lalu wajahnya sedikit didekatkan
ke wajah Si lelaki sambil tersenyum kecil.
Jemari kirinya mengelus wajah lelaki itu yang tampak macho
dengan brewok tipisnya. Diperlakukan
demikian, Si lelaki mulai berani, lalu tangan kanannya
bergerak pelan ke Argah pantat istriku yang
padat seksi itu. Mulai dielusnya pelan pantat istriku, dan
air mukanya sedikit berubah karena
didapatinya istriku memakai G-string.
Kulihat ia berbisik sesuatu kepada istriku, lalu istriku
tertawa menengadah sambil tangannya perlahan
turun merangkul leher lelaki tersebut. Terlihat begitu
mesranya, sehingga bagi orang-orang yang tidak
tahu pasti mengira mereka adalah pasangan yang sedang jatuh
cinta.
Istriku lalu balas berbisik kepadanya, dan.. Hei! Lelaki itu
mendekap pantat istriku dengan kuat
sehingga dari pinggang ke bawah tubuh mereka menempel erat.
Keduanya lalu bergoyang erotis sambil meliuk-liukan pinggul
mereka. Kirana, istriku yang cantik, tampak
semakin seksi dengan gerakan-gerakan itu. Kulihat semua
teman-temanku menelan ludah, baik yang pria
maupun yang wanita. Termasuk Carol, yang sudah hilang
konsentrasi pada cerutunya itu.
“Gila, gue jadi horny ngeliat bini lu sama tuh cowok.”
begitu celetuk Poppy. Kuperhatikan wajahnya
memerah dan dadanya naik turun. Mungkin benar, napsunya
naik. Kuakui, aku pun demikian.
“Iya nih. Hebat! Gue akuin deh bini lu, broer!” jakun Gary
naik-turun.
Aku tersenyum saja sambil pura-pura tidak begitu peduli dan
menyalakan rokokku. Entah yang keberapa
batang.
Gerakan yang memutar itu kemudian berganti. Kirana dengan
antusias tampak menggosok-gosokkan
selangkangannya ke selangkangan lelaki itu, naik-turun,
sambil merangkul erat lehernya. Sang lelaki
tak mau kalah, mulai menciumi leher mulus istriku perlahan
dari atas sampai ke dekat belahan dadanya
yang montok, dan sebaliknya.
Begitu terus beberapa saat. Jelas terlihat dari wajah mereka
bahwa birahi keduanya sudah memuncak.
Tangan kanan Kirana terlihat turun ke pantat Si lelaki dan
meremas-remasnya kuat. Begitu pula tangan
lelaki itu menyengkram erat kedua bongkah padat pantat
istriku yang masih bergerak naik turun,
perlahan namun pasti.
Makin lama kulihat gerakan Kirana makin kuat dan sedikit
dipercepat. Wajahnya pun berubah jadi lebih
liar dan agak memerah. Dadanya yang padat membusung makin
dibusungkan dengan tengadahnya kepalanya ke
belakang.
Remasan pada pantat lelaki itu makin kuat dan sekArgang ia
menghisap jari tengah kirinya sendiri. Kirana
bergerak makin cepat, makin mantap.. Kepalanya semakin jauh
terlempar ke belakang.. Hisapan pada
jarinya semakin kuat
Cengkraman pada pantatnya semakin menjadi-jadi.. Dan..
Tiba-tiba pinggulnya berhenti bergerak naik-
turun. Terlihat pantat dan selangkangannya berkedutan diatas
selangkangan lelaki itu, sambil bibirnya
dengan liar mengulum bibir lelaki tersebut yang terlihat
agak shock dengan itu semua.
Lalu dengan perlahan cengkraman mereka mengendur, namun
masih berciuman panjang dan mesra.
Kirana, istriku yang sangat kucintai, milikku seorang,
mencapai orgasme dengan lelaki lain di lantai
dansa sebuah Nite Club dengan disaksikan oleh setidaknya 12
orang.
Lima di meja seberang, dan tujuh di meja kami. Hatiku terasa
sangat kacau, antArga kaget, bingung dan
napsu bercampur menjadi satu.
Kuperhatikan Kirana berbisik lagi kepada lelaki itu, Si
lelaki mengangguk, tersenyum, mencium pipinya.
Istriku lalu kembali berjalan pelan ke Argah kami.
Tanpa berkata apapun ia lalu duduk bersebrangan denganku
tepat di samping Poppy, lalu meletakan
kepalanya di bahu gadis itu sambil menyender di sofa panjang
tempat duduknya. Tak berapa lama, ia
tertidur.
Tak ada satupun dari teman-temanku yang berani memandangku,
kecuali Carol yang memandangku dengan
dingin sekali namun menyelidik. Aku tidak tahu apa arti
pandangannya itu.
Yang jelas, aku mencoba sekuat tenaga seakan tak tahu apa
yang terjadi barusan, walaupun cukup jelas
terlihat ada noda basah di gaun Kirana, tepat didepan
selangkangannya.
“Pop, tolong dong bangunin Kirana. Kasihan dia kayaknya
capek banget. Kita duluan ya!” begitu rokokku
selesai kuhisap, kuminta Poppy untuk membangunkan Kirana,
memberinya minum segelas air putih dingin,
dan aku menggandengnya pulang setelah say goodbye pada
kawan-kawanku. Tak sepatah katapun keluar dari
mulut istriku.
“Are you OK, babe?” tanyaku pada Kirana, tanpa menoleh,
dalam perjalanan pulang kami di dalam mobil.
Mobil ini adalah sebuah BMW seri 5 terbaru yang merupakan
hasil kerja kerasku sendiri. This car is a
testament to my success, and I’m so proud of it.
“No.” ujarnya lirih. Lho, ternyata ada air mata di kedua
pipinya.
“Maafin aku, sayang.. Aku keterlaluan..” tangisnya mulai
keras dan terisak-isak.
“That was very wrong, I was so drunk and I am so sorry it
happened.” dengan terbata-bata istriku
berkata.
“It’s fine, babe. Aku sekArgang hanya mau dengar dari kamu
sendiri, dengan detail, apa yang terjadi
tadi di sana?” kupertegas suArgaku.
“I want you to be honest with me, and I will forget it all”.
Kirana menunduk sambil masih terisak pelan. Diam seribu
bahasa. Sampai akhirnya kami tiba di rumah.
Kutekan klakson mobilku pendek-pendek dua kali, dan beberapa
detik kemudian pembantu rumah tangga kami
terlihat tergopoh-gopoh keluar sambil masih mengantuk.
Kulirik jam di mobilku. Pk 2:52 dini hari,
nggak heran kalau dia ngantuk.
Setibanya di kamar tidur, kubuka pakaianku satu persatu,
lalu masuk ke kamar mandi yang terletak di
dalam kamar. Kirana menyusul tak lama kemudian, pada saat
aku sedang menyabuni tubuhku. Penisku terasa
menegang melihat tubuh telanjang istriku sambil masih
terbayang permainannya tadi di Club.
Aku terbayang betapa erotisnya mereka bergoyang dan betapa
air maniku juga hampir menyembur tatkala
Kirana mencapai orgasme. Hentakan dan kedutan pinggulnya
yang liar saat dia mencapai puncak birahinya
terus menari-nari di kepalaku membuatku tak sadar mengelus
sendiri penisku yang 22 cm sudah sangat
tegang.
Kirana terperangah melihat ulahku itu. Lalu dia mulai
mengerti dan tersenyum penuh arti. Dia
mendekatiku dan melekatkan payudArga montoknya ke
punggungku.
“So, that was a turn-on for you, eh?” sambil berkata begitu
tangannya mengusap pundakku, terus turun
ke lenganku dan bergerak ke Argah selangkanganku.
Sampai di sana, tangannya mengambil alih kegiatan tanganku
yang sedang mengelus penisku turun naik.
Merinding aku dibuatnya, pinggulku sedikit tersentak, dan
napasku jadi tertahan.
Kepala penisku yang keunguan dan sudah mengeluarkan
“pre-cum”nya jadi semakin licin dan nikmat terasa
dengan adanya sabun yang dibalurkan istriku.
“Kalau digituin terus, aku bakalan keluar, sayang.” kataku
setengah berbisik.
“Kamu seksi sekali tadi. Did you cum on the dance floor?”
“Ehmm.. What do you think?” Kirana terus mengocok pelan
penisku. Kurasakan air maniku akan segera
menyembur. Aku yakin Kirana juga merasakannya.
“Sayang, kontol kamu rasanya udah gede banget dan anget. Are
you cumming, baby?” Namun begitu Kirana
malah makin perlahan mengocoknya, dan genggamannya
diperlonggar.
Jarinya tiba-tiba menekan pangkal penisku untuk menahan
gelombang air mani yang akan segera meluap.
Aku jadi blingsatan dibuatnya.
“Aduh, aku udah hampir sampai tuh, tadi.” Aku protes sambil
mencoba mengocok sendiri penisku. Tapi
tanganku dipegangnya.
“Eit, kamu nggak boleh ngocok sendiri. Sabar dong, sayang.
Let’s finish up and go to bed.” Sambil
mengecup bibirku ringan, Kirana bergegas mandi dan setelah
selesai mengeringkan rambut dan tubuhnya. Ia
lalu masuk ke dalam selimut dengan tubuh polos. Aku
mengikutinya dengan semangat di sebelah kanannya.
Dengan lembut Kirana mengelus penisku yang sudah agak
melemah di dalam selimut. Penisku tiba-tiba
bangkit kembali dan berdiri dengan tegar.
Kirana lalu mulai mengocok penisku lagi sambil menghisap dan
menjilati puting kiriku. Cairan dari
penisku sanaget nikmat dijadikan pelumas oleh istriku.
Kurasakan juga kedua biji pelirku dielus dan
sedikit diremasnya. Benar-benar gelisah aku dibuatnya.
“Aku bilang sama Adam bahwa dia ganteng, dan aku pingin
joget sama dia.” Tanpa ba-bi-bu Kirana mulai
bercerita. Ternyata lelaki itu bernama Adam.
“Dia OK aja, lalu kugandeng dia turun.” SuArganya mendesah
dan setengah berbisik.
Daun telingaku dan leherku diciumi dan dijilatinya lembut.
Penisku kurasakan makin tegang dan benar-
benar mulai membasah.
“Waktu sedang asik-asiknya berjoget, aku ngerasa tangannya
kok jadi berani dan mengelus-elus pantatku.
Tapi aku diamkan saja, karena kupikir, ‘Let’s play the
game’. Terus terang aku jadi horny digitukan.”
Demikian cetus Kirana sambil jilatannya mulai turun ke dada
dan perutku.
Agak geli rasanya saat perutku dijilatnya, tapi tak lama
karena lalu kepala penisku jadi sasArgannya.
“Aahh..” setengah berteriak aku merasakan kehangatan mulut
istriku yang menjilati dan mulai mengulum
kepala penisku.
“Masukkan sampai dalam, sayang.. Oohh.. Hisap, sayang..
Eemmhh.. Eemmhh.. Aahh..” aku mulai meracau
merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Mendadak Kirana melepaskan penisku dari mulutnya, lalu
meludahi kepalanya sedikit sambil terus
mengocoknya pelan dan berkata.
“Adam membisikiku katanya ‘kamu seksi sekali. Saya suka
wanita yang memakai G-string. Very sexy!’ Aku
tertawa saja mendengarnya, tapi senang juga dipuji begitu.”
Tangannya membuat gerakan seperti memelintir naik-turun
penisku dan menggenggamnya agak keras,
membuatku mendelik-delik keenakan.
“Aku bilang juga sama dia, ‘kamu juga macho banget sih,
bikin aku horny aja’. SuArgaku kubuat seseksi
mungkin supaya dia makin berani.”
Setelah berkata begitu, lagi-lagi penisku jadi sasArgan
hisapan mulutnya dan jilatan lidahnya. Ohh,
nikmatnya tidak terkira.
“Terus terang memekku basah sekali waktu itu. Apalagi waktu
kita bergerak-gerak memutar. Aku bisa
ngerasin kontolnya Adam menekan clit-ku. Aku jadi sadar
kalau dia juga pasti merasakan juga clit-ku di
kontolnya.
It makes me so horny..” Kulihat jari istriku bermain di
kelentitnya dalam posisi menungging. Seksi
sekali. Bau kewanitaannya mulai menusuk hidungku dan
menambah birahiku.
Aku tak tahan lagi, kurengkuh tubuh istriku, dan saat dia
masih dalam posisi menungging, kusodokan
penisku perlahan ke dalam memeknya. Ahh.. Basah, hangat dan
terasa berdenyut lembut. Kukeluar-masukkan
dengan mantap penisku sambil kucengkram pinggulnya erat.
“Oohh, baby.. Fuck me.. Fuck me.. Oouughh.. Enak banget
sayang..” Kirana terengah-engah dalam birahinya
yang liar. Pinggulnya bergerak maju-mundur menambah dalam
terobosan penisku dengan sangat erotis.
Buah dadanya berguncang-guncang ke depan dan ke belakang
membuatku ingin menjamah dan meremasnya.
Namun tanganku malah bergerak ke kelentitnya dan
mengosok-gosoknya lembut dengan jari tengahku. Hal
itu membuatnya makin berkelojotan.
“Shit.. Baby, aku pingin keluar.. Ooughh.. Cepetin kontol
kamu, sayang.. Oohh..” Kirana benar-benar
mendekati puncak birahinya. Saat kepalanya menoleh keArgahku,
kusambut & kukulum bibirnya dan
kuhentikan gerakanku. Tangan kiriku meremas buah dada
kirinya dengan gemas.
“Kok stop, sayang? Ayo dong, sayang..” Kirana dengan gelisah
berusaha memaju-mundurkan pinggulnya, tapi
kutahan dengan sekuat tenaga dengan mencengkram pinggulnya.
Tapi aku tetap membiarkan penisku di dalam
vaginanya. Kuperhatikan ada cairan putih kental di pangkal
penisku yang adalah cairan birahi istriku
yang sudah membanjir.
“Continue your story atau aku akan berhenti di sini.” Sambil
berkata begitu, aku terus mengosok-gosok
kelentitnya pelan untuk membuatnya makin bernapsu. Kuremas
lembut buah dadanya dan kumainkan pentilnya
yang sudah sangat keras.
Kurasakan vaginanya berdenyut pelan beberapa kali. “Waktu
sudah beberapa saat kontol menekan memekku,
aku tahu kalau aku nggak akan berhenti sampai aku orgasme.
Enak sekali soalnya.” Kirana melanjutkan
ceritanya. Akupun mulai menggoyang pantatku lagi.
“Aku benar-benar nggak peduli lagi siapa yang ngelihat atau
apa yang bakalan terjadi nantinya.”
“Lalu aku putuskan untuk benar-benar mendapat orgasme. Ku
cengkram pantatnya supaya lebih mantap dan
aku bergerak naik-turun karena dengan begitu aku yakin bisa
lebih cepat.
Dan Adam mengerti yang aku mau kerena kurasakan dia juga
menyengkram pantatku dengan erat sehingga
gesekannya sangat terasa..” sambil bercerita Kirana
memaju-mundurkan pinggulnya menyambut kontolku.
Aku lalu mencabut kontolku dan telentang di ranjang. Kirana
mengerti maksudku dan dengan cepat menaiki
tubuhku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah
sangat basah. Cairan birahinya terlihat
meleleh di paha bagian dalamnya.
Tubuhnya yang bergerakn naik-turun-memutar mutar sangat
seksi luar biasa dan aku merasa tidak lama
lagi akan menyemburkan air maniku di dalam vaginanya.
Penisku terasa demikian nikmat di dalam pijatan
dan gesekan vagina istriku. Kuremas kedua buah dadanya yang
bergelayut manja dan bergoyang kekiri dan
kekanan.
“Benar aja, nggak lama kemudian aku ngerasa orgasmeku udah
makin dekat dan akupun semakin cepat ingin
mencapainya.” Kirana melanjutkan ceritanya.
“Oouugghh.. Baby.. I’m cumming.. Oohh, I’m gonna cum..
Yess.. Aagghh..!” Kirana berteriak keras saat
puncak kenikmatan birahi menyergapnya.
Aku bergerak semakin cepat dan liar. Kuremas pantatnya, dan
kusodok-sodokkan penisku dengan cepat ke
dalam vaginanya yang berkedutan sangat kuat, berkali-kali.
“Yaahh.. Aagghh.. Oh nikmat.. Aku juga mau keluar, sayaang..
Aahh.. ahhhhhh..!! Dengan beberapa kali
sodokan kuat dan cepat aku mencapai orgasmeku yang tertunda
begitu lama. Tubuhku terasa enteng dan
melayang.
Kukeluar-masukkan terus penisku beberapa kali lagi sampai
kurasakan tuntas semburan air maniku. Vagina
istriku berdenyut-denyut kuat beberapa kali menambah indah
orgasme kami.
Kirana ambruk di atas tubuhku. Hanya napas terengah kami
berdua yang terdengar bersahutan. Tubuh kami
terasa licin oleh keringat yang membanjir. Kuelus-elus
lembut punggung dan pantat telanjang istriku,
sambil kucium kepalanya. Buah dadanya naik-turun seirama
dengan napasnya terasa lembut di atas dadaku.
Amat nikmat permainan seks kami kali ini. Mungkin aku akan
membuat tantangan-tantangan baru untuk
istriku lagi nanti. Hmm.. But it’s a different
story!
Cerita Sex, Cerita Seks, Cerita Sex Terbaru,
Cerita Sex Dewasa, Cerita Panas Indonesia, Cerita Hot Terbaru, Kisah Seks,
Cerita Porno.