CERITA HOT - Main Dokter - Dokteran Hingga Akhirnya ML - Cerita Hot | Cerita Sex | Cerita ML | Cerita Dewasa | Foto Bugil

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, January 20, 2017

CERITA HOT - Main Dokter - Dokteran Hingga Akhirnya ML



Namaku Rani, usiaku sekarang 19 tahun, aku bersekolah di sebuah SMA yang termasuk besar di Jakarta. Kali ini akan kuceritakan tentang cerita panasku pengalaman ketika aku baru masuk SMA dan belum tahu apapun tentang yang namanya seks.

Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 170 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan pengalaman dewasa yang pertama justru dari teman baik ayahku sendiri.

Peristiwa yang tak layak dilakukan ini yang disebut juga cerita panas ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk SMA, ketika aku masih tinggal di Yogya. Teman ayah itu bernama Om Andi dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Andi, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku.

Om Andi wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh. Usia Om Andi ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Andi memiliki tubuh yang tinggi tegap dengan dada yang bidang.

Kejadian ini bermula ketika liburan semester. Waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena kami dan Om Andi cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginapa saja di rumah Om Andi yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu.

Om Andi sudah menikah, tetapi belum punya anak. IstRanya adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Andi tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bermain Judi BandarQ bercanda-ria, setelah istri Om Andi pergi ke kantor.

Om Andi sendiri karena katanya tidak ada order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, seRang juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau monopoli, karena memang Om Andi orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja.

Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Andi berkata kepadaku, “Ran… kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Rani, Om periksa beneran, mumpung gratis”. Memang kata ayah dahulu Om Andi pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.

“Ayoo…”, sambutku dengan polos tanpa curiga.

Kemudian Om Andi mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemaRanya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.

“Nah Ran, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.

Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.

“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaRang.

Namun Om Andi bilang, “Lho… BH-nya sekalian dibuka dong.. biar Om gampang meriksanya”.

Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.

“Wah… kamu memang benar-benar cantik Ran…”, kata Om Andi.

Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku hanya tertunduk malu.

Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Andi mulai memeriksaku. Mula-mula ditempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Andi menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Andi mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.

“Waah… kulit kamu halus ya, Ran… kamu pasti rajin merawatnya”, katanya.

Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Andi. Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Andi merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Andi benar-benar terasa lembut.

Dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku meRanding dibuatnya. Lalu Om Andi menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitaRanya, lalu mengusap buah dadaku.

Ih… baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Andi menghentikan usapannya. Dan aku kira… yah hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tom Andi bergerak ke arah kakiku.

“Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah…”, katanya.

Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Andi menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.

“Ih… Om kok celana dalam Rani dibuka…?”, kataku dengan gugup.

“Lho… kan mau diperiksa.. pokoknya Rani tenang aja…”, katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Andi penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Andi, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Andi mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hiii… aku jadi meRanding rasanya.

“Ooomm…”, suaraku lirih.

“Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat…”, katanya sambil tersenyum.

Om Andi lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya. Kemudian dengan jari telunjuknya yang besar, Om Andi menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.

“Aahh… Oooomm…”, jeritku lirih.

“Sssstt… hmm… nikmat.. kan…?”, katanya.

Mana mampu aku menjawab, malahan Om Andi mulai meneruskan lagi menggesekkan jaRanya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana kemari.

“Ssstthh… aahh… Ooomm… aahh…”, eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.

Setelah Om Andi merasa puas dengan permainan jaRanya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku. Aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah.

Namun Om Andi bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii… rasanya jadi makin geli… apalagi ketika lidah Om Andi memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Andi saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.

Kemudian Om Andi mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh… gila… tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Andi tengkurap diantara kedua kakiku yang otomatis terkangkang. Kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om Andi dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku.

Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Andi. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Om Andi mulai menjilati bibir vaginaku.

“Aaa… Ooomm…!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Andi terasa lembut, namun jilatannya itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh tubuhku. Namun Om Andi yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis-habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan menari-nari di dalam vaginaku.

Lidah Om Andi mengait-ngait kesana kemari menjilat-jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Andi terus melakukan aksinya dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.

“Aahh… Ooomm… jaangan… jaanggann… teeerruskaan… ituu… aa… aaku… nndaak… maauu.. geellii… stooopp… tahaann… aahh!”.

Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku.

Om Andi dengan kuat memeluk kedua pahaku diantara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun Om Andi tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Andi benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan. Vaginaku sudah benar-benar banjir dibuatnya.

Hal ini membuat Om Andi menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Andi habis-habisan. Sedotan Om Andi di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi semakin kelonjotan.

Kemudian Om Andi sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jaRanya ia membuka bibir vaginaku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Andi, rupanya Om Andi mengincar clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya lalu dijilatnya clitorisku.

“Aahh…”, tentu saja aku menjerit keras sekali. Aku merasa seperti kesetrum karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai mengangkat pantatku. Om Andi malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku sambil dihisap-hisapnya.

“Aa… Ooomm… aauuhh… aahh… !”, jeritku semakin menggila.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Andi yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.

“Ooomm… aa… !”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Andi dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Andi tidak menyia-nyiakannya. Disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.

Om Andi kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Andi.

Mula-mula Om Andi membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian.

Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mencuat ke depan. Kedua tangan Om Andi mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.

Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Andi berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas Om Andi. Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara.

Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 18 cm dengan lingkaran sebesar 4 cm bagian batangnya dilingkaRan urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Andi terhadapku dengan kemaluannya itu.

Melihat ekspresi mukaku itu, Om Andi hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kiRanya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Andi kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur.

Kemudian Om Andi menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh Om Andi.

Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang itu. Tangan kiRanya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang kemaluannya.

Kemudian Om Andi menempatkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya perlahan-lahan.

Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung. Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Andi itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Andi makin terangsang. Dengan mesra Om Andi memelukku, lalu mengecup bibirku.

“Gimana Ran… nikmat kan…?”, bisik Om Andi mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Andi dan tidak pernah kusangka, karena melakukan hubungan seks dengan om dimana sehari-hari Om Andi sangat sopan dan ramah.

Selanjutnya tangan Om Andi yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku. Hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh bibir kemaluanku.

Aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Andi dalam melakukan hubungan seks, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Kemaluan Om Andi yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Andi sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas.

Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba mendorong badan Om Andi untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Andi bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.

Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om Andi ini masuk ke dalam lubang vaginaku.

Gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Andi akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya. Sodokan penis Om Andi ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan sedikit sakit.

Seluruh kepala penis Om Andi sudah berada di dalam lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Andi mulai menggerakkan kepala penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi. Perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar.

Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh… ssshh… aahh… ooohh… Ooomm… Ooomm… eennaak… eennaak… !”

Aku mulai terlena saking nikmatnya melakukan hubungan seks dan pada saat itu, tiba-tiba Om Andi mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Andi yang terasa membelah kemaluanku.

“Aadduuhh… saakkiiitt… Ooomm… sttooopp… sttooopp… jaangaan… diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Andi, tapi sia-sia saja.

Om Andi mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan penis Om Andi ke dalam liang vaginaku.

Tapi karena tangan Om Andi menahan pundakku maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om Andi lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Andi membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.

“Om… kenapa dimasukkan semua… kan… janjinya hanya digosok-gosok saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Andi tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum saja.

Aku merasakan kemaluan Om Andi itu terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Andi tersebut. Waktu saya mulai tenang, Om Andi kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, “Ssshh… ssshh… ooohh… ooohh…”

Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku. Bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak.

Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Andi ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat.

Aku merasakan kenikmatan melakukan hubungan seks yang berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik. Terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.

Melihat keadaanku, Om Andi makin terangsang dan semangat melakukan hubungan seks. Dengan ganasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan.

Hampir sejam lamanya Om Andi melakukan hubungan seks denganku sesuka hatinya. Dan selama melakukan hubungan seks itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme. Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Andi, sampai akhirnya pada suatu saat Om Andi berbisik dengan sedikit tertahan.

“Ooohh… Riiinn… Riiinnn… aakkuu… maau… keluar!.. Ooohh… aahh… hhmm… ooouuhh!”.

Tiba-tiba Om Andi bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian… cret… crett… crett… spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.

“Aahh…”, Om Andi mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega.

Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.

“Terima kasih sayang…”, bisik Om Andi dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Andi.

Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang. Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Andi telah berupaya menenangkanku dengan lembut.

Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin melakukan hubungan seks lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih melakukan hubungan seks. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Andi, tentu saja aku malu mengatakannya kalau sebenarnya aku ingin melakukan hubungan seks.


Aku hanya pura-pura ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya Om Andi menawarkan lagi untuk melakukan hubungan seks seperti dulu, barulah aku menjawabnya mau hubungan seks dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks. Jangan Lupa untuk kunjungi Situs BandarQ Online Terpercaya di judibandarq.info jika kalian suka bermain judi online. END

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here